Sunday, August 26, 2012

alam bebas

NENEK
Shin, Nenek hari ini nyampe” Om Hary tiba-tiba menghampiriku.
“Jam ?? “ tanyaku kembali.
“Satu jam lagi paling nyampe, lagi dijalan sama Pak Asep” jawab Om Hary
ringan.
Satu jam lagi, refleks aku langsung lari ke kamar, mengecek semua kondisi
kamar,selimut, seprai, baju, buku dan alat sholat nenek sudah rapi, puih
sempurna,gumamku. Tapi,tidak
Aku lupa pohon cabe, pohon tomat dan pohon pepaya yang dititipkan ke
aku sebulan lalu, bagaimana kondisinya ??? sebulan ini waktu dirumahku
hanya malam hari, kegiatan kampus begitu padat. Cepat-cepat aku lari ke
halaman belakang, dan . hua.. tak satupun pohon cabe dan tomat itu yang
hidup !!, tenang, masih ada pohon papaya di samping rumah, gumamku
menghibur diri. Kuputar haluan ke halaman samping, dan, tidak pohon
papaya itu PATAH !!!
Siapa yang harus kujadikan tumbal, apa yang harus kukatakan pada nenek
??
Om Hary tertawa menang melihat kepanikanku. Maklum, dua bulan yang
lalu, saat kedatangan nenek, om Hary kena semprot nenek habis-habisan
gara-gara membiarkan Mang Dede memangkas habis tanaman nenek yang
dianggap mengganggu taman rumah.
Yup.. sepertinya yang paling siap menyambut nenek kali ini adalah om Hary
!!, selain aku, tante Nia tak kalah sibuk membersihkan dapur dan
memberikan pelatihan singkat kepada khadimah yang baru.
**
Aduh, koq tiba-tiba banyak nyamuk, seingatku sore ini aku tidak lupa
menyemprotkan pembasmi nyamuk di kamarku. Kutarik selimutku menutupi
seluruh tubuh dan kepalaku, tapi tetap saja nyamuk nakal menggangu
tidurku. Aduh . khan
masih malam, aku ngantuk nih, nyamuk koq bisa masuk sih ???? Kulirik jam
dikamar pukul 3 tepat dan, hm.. pantas !! jendela kamarku terbuka lebar,
ulah siapa ini ??? NENEK !!!
Dari pada tidur tak nyenyak dan jadi menu sahurnya para nyamuk, lebih baik
kuturuti kemauan nenek, kekamar mandi, wudhu dan sholat tahajjud
berjamaah dengannya.
Unik bukan, itulah nenek. Pernah kujelaskan klo aku masih ngantuk karena
baru tidur jam 2 malam.
“Kenapa kamu tidur malam-malam ?” Tanya nenek.
“Shinta harus baca buku kuliah, besok ada ujian Nek “ jawabku sejujurnya
sambil memperlihatkan buku kuliahku.
“Kamu ini, disekolahkan bukannya tambah pinter, malah tambah bodoh !!
“ha ?? aku tak mengerti maksud ucapan nenek. Aku, tambah bodoh ??
“Dari siang kemaren nenek liat kamu udah baca buku itu, ba\rquote da
magrib kamu juga masih baca buku itu dan gara-gara buku itu kamu gak
bisa tahajjut. Buku enggak guna kayak gitu kamu rela membacanya sehari
penuh, sementara buat baca Qur\rquote an kamu cuma tahan 15 menit”
deq, aku tersentak mendengar ucapan nenek.
**
Capek !! hari ini aku seharian di kampus, sepertinya habis makan malam aku
mau istirahat sejenak. Panggilan makan malam dari tante nia sudah
terdengar. Hm.. menu kali ini beda dari biasanya, setidaknya beda dengan
bulan yang lalu.
“Singkong dan kacang panjang yang Nenek tanam di tanah Pak Haji udah
pada gede-gede dan subur-subur “ ujar nenek sambil mulai mengisi piring
makannya dengan makanan. Aduh.. jangan ungkit-ungkit tanaman lagi
donk, doaku cepat.
“Pak haji juga dikasih daun singkong dan kacang panjang Nek ?” tanyaku
sambil mengambil sayur daun singkong dan kacang panjang yang ada,
entahlah aku tak tau apa nama masakan ini, tapi enak loh, khas masakan
nenek.
“Pak haji udah berapa kali panen, nungguin kalian kesana enggak kesanasana
katanya “ jawab nenek.
“Beli ayam dimana Mak ??” kali ini tante Nia yang bersuara.
“Enggak beli, ini ayam yang di kulkas koq “ jawab nenek.
Seketika raut muka tante Nia berubah, ada apa gerangan ??
“Masakan nenek enak yah” kata tante yang duduk di sampingku.
“Iya, emangnya kenapa Tante ??” tanyaku
“Kamu tau enggak ayam yang dimasak itu dari mana ?? “ Tante Nia balik
bertanya.
Kugelengkan kepalaku, sambil menunggu jawaban darinya
“Itu khan ayam goreng kecap yang dikasih sama bu Nurdin waktu itu, yang
udah dijadiin ayam goreng sama nenek 4 hari yang lalu dan malam ini ayam
itu berubah nama lagi” jawab tante Nia sambil senyum.
Hahahaha.. ingin rasanya aku tertawa lepas. Kalau Om Hary tau lauk yang
dia makan itu udah enggak ada gizi sama sekali, bisa-bisa ..
Pernah aku bilang sama nenek klo makan itu bukan asal kenyang dan enak
tapi juga harus tetap diliat gizinya dan lagi kasian ikan dan ayamnya mati
berapa kali \endash dimasak berulang-ulang, jawaban nenek gampang,
sombong kalian !!!
**
“Mak ini enggak malu Mak ?? “ Tanya mang dede suatu hari ketika
menemani nenek menata taman rumah.
“Anak Mak lurah, mantu Mak dokter, gak pantes Mak tu kerja kayak gini “
lanjut mang Dede sambil terus mencabuti rumput liar yang ada.
“Apa hubungannya saya sama pekerjaan anak saya, anak saya banyak,
malah ada yang jadi camat, kenapa saya harus malu kerja kayak gini,
emangnya saya mencuri ?” jawab nenek tinggi.
“Bukan begitu Mak, ini kan pekerjaan kasar, kan ada saya yang bisa mak
suruh-suruh, kalau teman bapak dan ibu liat Mak lagi kayak gini khan enggak
enak” mang Dede memberi penjelasan sambil meneruskan pekerjaannya.
“Eh itu bibit bengkoang, jangan dicabut” nenek tiba-tiba berteriak kearah
mang Dede.
“Kamu ini, tadi laos dan jahe udah mau kamu cabut dan kamu buang
semua, kamu tau enggak klo itu berguna, kalo enggak ada kan harus beli.”
ujar nenek kesal
“Kalau semuanya diserahkan ke kamu bisa-bisa semua tanamanku habis
kamu cabutin” lanjut nenek.
Mang dede langsung diam, sepertinya hari ini hari terapes baginya.
“Dede, nanti laos dan jahe ini kamu kasih ke Pak haji, Bu Nurdin dan tukang
sayur yang biasa lewat yah, jangan dibuang loh” perintah nenek sambil
masuk kerumah.
**
Nenek uring-uringan, seharian dia ada di kamar membaca Qur\rquote an.
Mbak Yanti bilang dari pagi nenek banyak di kamar, enggak banyak cerita
seperti biasanya, makannya aja sedikit. Duh.. ada apa dengan nenek, hm..
seminggu ini aku, om Hary dan tante Nia sepertinya emang melupakan
nenek, sibuk dengan dunia masing-masing, makan malampun jarang
dirumah. Wah.. nenek ngambek !!!
Selesai sholat subuh, sengaja ku ajak nenek jalan pagi keliling kompleks
rumah. Itung-itung menghibur nenek, untung nenek enggak nolak.
Sepanjang jalan nenek menanyakan kuliahku, aku pun menceritakan
aktivitas ku, mulai dari kuliah yang susah, dosen yang menyebalkan, temen
kuliah yang asik, tugas yang banyak, kuceritakan secara detail. Memang
nenek tidak banyak mengerti ceritaku, tapi setiap aku bercerita ada binar
bahagia dimatanya, merasa dihargai dan diperlukan oleh orang-orang
sekitarnya.
Sehabis aku bercerita biasanya nenek akan bercerita tentang masa lalunya,
zaman penjajahan, zaman hidup lagi susah-susahnya, dan yang paling aku
suka biasanya nenek bercerita kisah nabi, lumayan enggak perlu baca
shirah nabawi lagi.
Aku dan nenek duduk di sebrang jalan di depan rumah.
“Liat Nek, rumah-rumah yang ada di kompleks ini begitu rapi dan sama
tamannya” ujarku kepada nenek sambil menunjuk beberapa buah rumah di
dekat kami.
“Rumah kita sendiri yang beda, masak didepannya ada pohon pepaya, ada
kacang panjang yang merambat ke pohon pinang merah dan daun sirih
yang merambat di pagar trus di luar pagar ada laos, kunyit dan jahe “ ujarku
lanjut.
Hening, nenek diam, pasti nenek akan merasa dia tidak berguna, apa yang
dilakukannya lagi-lagi salah. Aku merasa bersalah.
“Rumah disini semua mirip, susah mencari bedanya “ ujar nenek memecah
keheningan pagi hari.
“Kalau enggak ada tanaman laos, jahe dan kunyit didepan rumah, mana
nenek tau ini rumah kita “ kata nenek sambil beranjak dari duduk
meneruskan jalan pagi.
Nenek, maafkan aku yah .
**
Nenek, dibalik kekolotanmu ada suatu idealisme mulia yang ingin kau
pertahankan dan kau berikan kepada kami. Maafkan kami nek, tak jarang
salah menilai mu, mungkin ini lah generation gap, pergeseran nilai-nilai yang
ada membuat kita susah untuk memiliki pandangan yang sama. Tak ada
yang bisa ku ucapkan selain terima kasih, terima kasih atas kecerewetan mu
selama ini, kecerewetan mu turut menjaga diri ku, terima kasih telah menjadi
ibu bagi ibuku, dari dirimulah lahir seorang ibu yang begitu sempurna di
mataku. Terima kasih Nek !!

No comments: